![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMSGzqaQMfBRGosv9LgRB8CJA5JRAPom_xGspc2LOjTddDoLG_e4iQGgKF-GaVVJztmumNZh14KsJcsb5tla9vtD-q7IplsEC36_pay3fqYs626JIdtnU31foGx-tY9gsrMIY4vDg2n0F9/s320/488216_304461979662001_1269342181_n.jpg)
Tuhan adalah Sangkan Paraning Dumadi.
Ia adalah sang Sangkan sekaligus sang Paran, karena itu juga disebut Sang Hyang Sangkan Paran.
Ia hanya satu, tanpa kembaran, dalam bahasa Jawa dikatakan Gusti Pangeran iku mung sajuga, tan kinembari .
Orang Jawa biasa menyebut Gusti Pangeran artinya raja, sama dengan pengertian “Ida Ratu” di Bali.
Katanya pangeran berasal dari kata pangengeran, yang artinya tempat bernaung atau berlindung”. Sedang wujudnya tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapainya dan kata kata tak dapat menerangkannya. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata hanyalah produk pikiran hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan kebenarannya. Karena itu orang Jawa menyebutnya tan kena kinaya ngapa ( tak dapat disepertikan).
Artinya sama dengan sebutan Acintya dalam ajaran Hindu.
Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa memberikan sebutan sehubungan dengan peranannya. Karena itu kepadanya diberikan banyak sebutan, misalnya: Gusti Kang Karya Jagad (Sang Pembuat Jagad), Gusti Kang Gawe Urip (Sang Pembuat Kehidupan), Gusti Kang Murbeng Dumadi(Penentu nasib semua mahluk) , Gusti Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Besar), dan lain-lain.
Sistem pemberian banyak nama kepada Tuhan sesuai peranannya ini sama seperti dalam ajaran Hindu:
Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti
Tuhan itu satu tetapi para bijak menyebutnya dengan banyak nama.(RigVeda)
Hubungan Tuhan dengan Ciptaannya.